Tragedi Seperti di Madaya Untuk Pertama Kalinya di Dunia

syria madaya



Damaskus Seorang pejabat PBB Ajad Malik mengatakan bahwa blokade dan kelaparan yang terjadi di Madaya tidak pernah terjadi di tempat lainnya di dunia ini.
“Kami di sana menyaksikan manusia, tapi kami tidak melihat adanya kehidupan. Ini adalah adegan yang paling mengerikan,” imbuhnya seperti dikutip dari Al-Jazeera, Sabtu (16/01).
Malik juga mengungkapkan bahwa ia melihat anak-anak menggigil kedinginan dan kekurangan gizi. Sedangakan orang-orang dewasa mengaku tidak pernah lagi merasakan rasa roti, nasi, sayuran, dan buah-buahan selama berbulan-bulan. Dia juga menjelaskan bahwa harga beras satu kilonya 300 dollar. Sampai-sampai, salah seorang warga mengaku telah menjual motornya untuk digantikan dengan 5 kg beras.
Surat kabar The New York Times milik AS dan The Guardian milik Inggris sama-sama melaporkan tentang situasi di Madaya, setelah bantuan kemanusiaan didistribusikan kepada mereka. Beberapa penduduk tampak bersuka cita atas bantuan makanan dan obat-obatan yang didatangkan, setelah melewati “hari-hari gelap” selama 7 bulan terakhir.
Dua surat kabar itu juga melaporkan bahwa saat ini sekitar empat ratus orang berada di rumah sakit kota. Mereka harus sesegera mungkin diungsikan untuk mendapatkan perawatan medis lebih lanjut. Kelaparan dan faktor lainnya telah menyebabkan penduduk Madaya diambang kematian. Saat ini, para pasien tersebut sedang menunggu hasil negosiasi antara pemerintah Suriah dan berbagai lembaga bantuan.
Meskipun PBB belum mengeluarkan pernyataan resmi tentang orang-orang yang mati kerena kelaparan. MSF atau Dokter Tanpa Batas menyatakan bahwa 23 orang meninggal karena kelaparan di pusat medis MSF di kota Madaya.
Dua surat kabar itu juga menjelaskan bahwa Madaya bukanlah satu-satunya wilayah yang diblokade. Sesuai laporan PBB bahwa ada 15 kota di Suriah lainnya yang diblokade saat ini. Sedangkan 4,5 juta orang masih terjebak di dalam blokade dan sulit diakses. Mereka sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan. Mereka juga dilarang meninggalkan kota. Organisasi yang mendistribusikan bantuan, obat-obatan, bahan bakar, dan bahan lainnya juga dilarang masuk.
Namun, The Guardian mengatakan keadaan Madaya cukup tenang. Orang-orang bersuka cita karena mereka saat ini sudah bisa memasak dan makan lalu minum teh, setelah sekian lama tidak memiliki bahan pangan.
Salah seorang penduduk Madaya, Ibrahim Abbas mengatakan bahwa setelah kedatangan rombongan bantuan PBB yang meliputi 44 truk, rasa gembira muncul tak bisa terlukiskan. Anak-anak mendekati para relawan dan meminta makanan yang mereka bawa.
“Ini adalah proses distribusi makanan yang sangat terorganisir,” ungkap Abbas.
Meskipun demikian, Abbas merasa sedih dan khawatir kalau bantuan ini hanya sesaat saja. Kemudian masyarakat internasional lupa setelahnya. Kekhwatiran tersebut memiliki alasan karena lembaga bantuan mengatakan bahwa bantuan tersebut hanya cukup untuk satu bulan.




Sumber: Al-Jazeera

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tradisi Unik!! Hubungan Badan di Malam Pertama Di jadikan Tontonan

Wanita Ini Membongkar Cara Berjalan Di Atas Air

Rahasia Menaklukan Setan, Jin, Iblis !!